Pada
tahun 1959 pemerintah Indonesia melalui Jawatan Transmigrasi sie Way Seputih
mengadakan Program Transmigrasi Umum (TU) pada Kementerian Transkopeda
(Transmigrasi Koprasi dan Pembangunan Masyarakat Desa) yang diantaranya
meliputi Wilayah dari Vak A sampai dengan Vak W, dan masing-masing bagian
wilayah membuat Nama Kampung dengan huruf awal dari urutan huruf tersebut, dan
untuk Vak N dinamai Kampung Nambah Dadi. Pemilihan nama Nambah Dadi ini adalah
atas kesepakatan masyarakat ketika ingin memberikan nama Kampung. Dari segi
bahasa Nambah Dadi diambil dari bahasa Jawa yang maknanya berbuat untuk
menciptakan kampung yang jadi dalam segala hal.[1]
Kampung
Nambah Dadi (atau sering disebut Vak N) yang dibuka pada tanggal 6 Mei 1959.Sebelum
dibuka kawasan ini merupakan hutan belantara yang belum dihuni oleh siapapun.
Wilayah tersebut berpenduduk atau terdiri dari 36 rombongan awal yang berasal
dari berbagai Daerah diantaranya dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogjakarta dan
sebagian kecil dari Jawa Barat menempati wilayah permukiman berada
ditengah-tengah areal pertanian. Kemudian penduduk secara berkelompok maupun
sendiri-sendiri mereka membuka/menebang hutan tersebut untuk dijadikan
pemukiman, areal pertanian sawah, perladangan, dan prasarana lainnya.
Selanjutnya
pada tahun 1961 Pemerintah RI juga melalui Jawatan tersebut menambah luas
wilayah pemukiman maupun wilayah pertanian bagi Kampung Nambah Dadi dengan
mengadakan kesepakatan dengan pemilik tanah pribumi terdekat dengan tanah
Nambah Dadi.
Pada
perkembangan selanjutnya (dari tahun 1975 s/d 1979) Wilayah Kampung Nambah Dadi
bertambah dengan adanya Tim Penyelesaian tanah, bawa lahan pembagian tambahan
Kampung lain yang berada tepat sebelah timur persawahan Kampung Nambah Dadi
sampai batas Sungai Way Seputih, diperuntukkan/dialihkan menjadi wilayah
pertanian Kampung Nambah Dadi.
Dari
mulai dibuka Kampung Nambah Dadi telah mengalami berbagai nama sebutan
setingkat Desa, dan dalam era Otonomi sejak tahun 2000 disebut dengan sebutan
KAMPUNG.[2]
Kampung
Nambah Dadi sejak awalnya dibagi menjadi 8 (delapan) wilayah Dusun yang
dipimpin oleh Kepala Dusun diantaranya adalah:
Kampung Nambah Dadi merupakan salah satu Kampung yang ada di Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Sebagai Kampung yang terletak di
Kecamatan Terbanggi Besar, Kampung Nambah Dadi mempunyai batas wilayah yaitu:[5]
Sebelah Utara :Kampung Onoharjo
Sebelah Timur :Sungai Way Seputih
Sebelah Selatan :Kampung Karang Endah
Sebelah
Barat :Kampung
Terbanggi Besar/Sungai Way Yukum
Kampung
Nambah Dadi mempunyai luas wilayah 1798 Ha, tanah sawah 695 Ha, tanah kering
413 Ha, tanah perkebunan 623 Ha. Lahan pemukiman 425 Ha.[6]
b.Iklim
Iklim Kampung Nambah Dadi, sebagaimana
Kampung-kampung lain di wilayah indonesia mempunyai iklim kemarau dan
penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang
ada di Kampung Nambah Dadi Kecamatan Terbanggi Besar.
3.Keadaan
Sosial Ekonomi Penduduk
a.Jumlah
Penduduk
Kampung
Nambah Dadi mempunyai jumlahpenduduk total 9471 orang jiwa. jumlah laki-laki
4950 orang, jumlah peremuan 4521 orang, jumlah kepala keluarga 2118 orang.
b.Mata
Pencaharian
Karena
Kampung Nambah Dadi merupakan KampungPetani maka sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Dimana jumlah petani sebanyak 3283 orang, buruh
tani 542 orang, PNS 133 orang, pengrajin 5 orang, pedagang 265 orang, peternak
134 orang, montir/bengkel 32 orang, dokter 2 orang, wira usaha 486 orang,
tukang bangunan 109 orang, buruh pabrik 155 orang.[7]
c.Sarana
dan Prasarana
Kondisi
sarana dan prasarana umum Kampung Nambah Dadi secara garis besar adalah sebagai
berikut:[8]
1)Sarana : jalan desa/ kampung. Jalan
aspal 6km, jalan makadam 42 km, jalan tanah 12 km. Jembatan desa/kecamatan 6
unit.
3)Prasarana air bersih: sumur pompa 32
unit, sumur gali 2086 unit, mata air 5 unit, jumlah MCK 2046 unit.
4)Prasarana irigasi: panjang saluran
primer 5800 meter, panjang saluran skunder 480 meter, panjang saluran tersier
9700 meter, jumlah pintu sadap 12 unit, jumlah pintu pembagia air 4 unit.
5)Prasarana pemerintahan: balai kampung 1
unit, jumlah komputer 2 buah, jumlah meja 12 buah, jumlah lemari arsip 2,
kantor BPK 1 buah, kendaraan dinas 1 buah. Pos kamling 41 buah.
6)Prasarana peribadatan: jumlah masjid 8
unit, mushola 26 unit, gereja katolik 1unit.
8)Prasarana pendidikan: Sma/sederajat 1
unit, Smp/sederajat 1 unit, sd/sederajat 4 unit, tk 4 unit, PAUD 1 unit, TPA 6
unit, lembaga pendidikan agama 3 unit.
Kampung adalah suatu kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan
pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi,
otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.[10]
Pemerintahan Kampung merupakan sub
sistem dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan negara, oleh karena itu,
tujuan diembannya oleh pemerinthan Kampung adalah sama dengan tujuan yang
diemban oleh pemerintah pusat, yaitu mewujudkan cita-cita nasional dalam
menyelenggaraan pemerintahan yang terlihat dari aspek-aspek managemennya,
terdapat pembagian tugas, fungsi dan wewenang yang dimiliki masing-masing tingkat
pemerintahan.[11]
Untuk
lebih jelasnya bagan struktur pemerintahan Kampung Nambah Dadi seperti dibawah
ini:
↵
[1] Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Kampung Nambah Dadi, tahun 2015
[10]Haw Widjaja, Otonomi Desa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010) h. 3
[11] Khairuddin Tahmid, Demokrasi Dan Otonomi Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, (Bandar lampung: fakultas syari’ah IAIN Raden Intan
Bandar Lampung, 2004) h.19
Kelulusan
dalam ujian nasional tidak hanya ditentukan kesiapan dan kesigapan kita menjawab
soal-soal ujian dalam waktu 120 menit. Butuh waktu dan persiapan mantap untuk
dapat lulus dengan hasil terbaik . Dalam tulisan, penulis menyajikan tips
persiapan dan juga tips menghadapi ujian di hari H. Kedua puluh lima langkah yang
dituliskan berikut merupakan tips yang dapat Anda pratikkan denganmudah. Tips
tersebut sebagian merupakan hal-hal sederhana yang kadang kala dilupakan.
Langkah-langkah persiapan ujian ini dibagi menjadi 3 tahap sebagai berikut.
A. Saat Ini hingga tiga hari menjelang hari H
1.Belajar
dengan cara terbaik sesuai dengan gaya belajar Anda.
2.Perbanyak
berkonsultasi dengan guru mata pelajaran dan berdiskusi dengan teman mengenai
materi yang Anda rasa belum kuasai. 3.Ikuti
kegiatan bimbingan belajar jika memungkinkan dari sisi waktu dan biaya. 4.Miliki
panduan materi, soal-soal UN tahun sebelumnya, dan prediksi soal beserta
pembahasannya. 5.Ikuti
program persiapan belajar yang disiapkan oleh sekolah. Misalnya, bimbingan
belajar sore hari. 6.Ikuti
try out yang biasanya dilakukan lembaga bimbingan belajar atau Praujian yang
biasa di programkan sekolah. 7.Berlatihlah
menyelesaikan soal-soal UN atau soal prediksi UN dan periksa sendiri jawaban
Anda dengan mencocokkan kunci jawaban yang biasanya tersedia. 8.Siapkan
perlengkapan ujian yang Anda butuhkan, seperti pensil, mistar, dan penghapus. 9.Jaga
kesehatan agar tetap fit dengan
berolah raga dan mengonsumsi makanan bergizi. 10.Berdoa
agar dapat lulu UN dan minta didoakan kepada orang tua dan keluarga dekat
lainnya.
B.
Tiga hari hingga satu hari menjelang hari H
11.Kurangi
kegiatan belajar Anda, cukup mengulangi kembali beberapa materi yang Anda
anggap perlu. Bahkan jika Anda sudah yakin menguasai materi pelajaran, hentikan
saja kegiatan belajar Anda dan manfaatkan waktu untuk istirahat. 12.Bacalah
dan ketahui dengan jelas aturan-aturan yang diberlakukan dalam seperti tata
tertib pelaksanaan UN. 13.Perbanyak
kegiatan hiburan dan kegiatan bersenang-senang lainnya sehingga perasaan Anda
menjadi rileks dan tidak terbebani. 14.Pastikan
Anda mengetahui jadwal mata pelajaran yang diujikan sehingga Anda betul-betul
siap menghadapinya. 15.Periksa
kembali perlengkapan belajar Anda. Jika ada yang belum lengkap segera lengkapi.
C.
Pada hari H
16.Tidurlah
lebih cepat dari biasanya agar fisik Anda prima dan tidak mengantuk saat ujian
berlangsung. 17.Siapkan
alat tulis menulis yang Anda siapkan pada saat ujian, kartus tes, papan
pengalas, dan jam tangan (jika ada) sebelum tidur. 18.Bangun
pagi-pagi. Jangan lupa sarapan dan meminta restu kedua orang tua sebelum
berangkat ke sekolah. 19.Usahakan
tiba di lokasi ujian paling lambat 30 menit sebelum ujian dimulai. 20.Jangan
lupa membaca doa sebelum memulai menjawab soal. 21.Santai
saja, jangan terbebani/tegang pada saat menjawab soal-soal ujian. Tanamkan
optimisme dan kepercayaan diri bahwa Anda bisa menjawab dengan benar. Ingat
ketegangan dapat membuyarkan konsentrasi Anda! 22.Jaga
Lembar Jawaban Komputer Anda agar tetap bersih, tidak terlipat, jangan sama
sekali di corat-coret. 23.Kontrol
waktu Anda, jangan sampai waktu berakhir tetapi pekerjaan Anda belum selesai.
Jika tidak memiliki jam tangan dan pengawas tidak menyampaikan, jangan ragu
untuk bertanya kepada pengawas mengenai waktu yang masih tersisa. 24.Periksa
kembali jawaban dan data diri Anda sebelum menyerahkan LJK ke pengawas.
Pastikan bahwa data diri Anda (nama, nomor ujian, kode sekolah, dan lainnya)
terisi dengan benar. Begitu pula pastikan bahwa semua soal telah terjawab. 25.Pastikan
LJK Anda telah diterima pengawas sebelum meninggalkan ruangan ujian.
Jika Anda menganggap cara bisa dilakukan silakan dipratikkan. Selamat,
semoga lulus ujian!
Persoalan pilihan kata bukanlah persoalan yang sederhana. Akan tetapi,
persoalan pilihan kata menyangkut persoalan yang bersifat dinamis, inovatif,
dan kreatif sejalan dengan perkembangan masyarakat penuntutnya.
Penulis yang belum berpengalaman sangat sulit untuk mengungkapakan ide atau
gagasan dan biasanya sangat miskin variasi bahasanya. Akan tetapi, ada pula
penulis yang sangat boros atau tidak efektif menggunakan perbendaharaan kata,
sehingga tidak ada isi yang terdapat di balik kata-katanya. Kata-kata atau
istilah dapat digunakan penulis menyimpan pesona makna yang terselubung atau
simbolis, sehingga jika dipahami memerlukan interpretasi dan renungan-renungan
yang dalam. Dengan demikian, kata tidak hanya sekedar mengemban nilai-nilai
indah (estetis), melainkan juga nilai-nilai filosofi maupun pedagogis.
1.2 Batasan Masalah
a.Penjelasan mengenai apa itu diksi?
b.Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum
menentukan pilihan kata.
c.Contoh-contoh penggunaan diksi.
1.3Tujuan Penulisan
a.Sebagai tugas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
b.Agar kita mengetahui bahwa kata sebagai unsur bahasa,
tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi kata tersebut
harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Diksi
Diksi menurut KBBI Daring adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan). Pemilihan kata atau diksi lebih luas daripada apa
yang disusun oleh jalinan kata-kata. Pemilihan kata bukan saja dipergunakan
untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau
gagasan, melainkan juga meliputi persoalan fraseologis, gaya bahasa dan
ungkapan dalam kalimat.
Marwoto
(1985:117) menyatakan bahwa diksi mengandung pengertian teknis sebagai
pemilihan kata dalam mengarang. Tujuan pemilihan kata tersebut agar orang lain
dapat memahami pikiran dan perasaan pemapar karangan secara pasti. Ketepatan
diksi atau pemilihan kata dalam suatu karangan merupakan hal yang
tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan
menimbulkan ketidakjelasan makna.
Jadi dapat
penulis simpulkan bahwa diksi adalah
2.2 Rambu-rambu Pemilihan
Diksi
Sebelum menentukan pilihan kata yang diperlukan dalam mengarang, terlebih
dahulu penulis harus memperhatikan empat hal pokok, yaitu masalah makna, relasi
makna, ragam bahasa, dan gejala bahasa.
1.Makna
Makna sebuah kata atau sebuah kalimat merupakan makna
yang tidak selalu berdiri sendiri. Makna
terbagi atas beberapa macam, yaitu ;
a.Makna Leksikal dan makna Gramatikal
Makna
Leksikal adalah makna
yang sesuai dengan
referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh-sungguh
nyata dalam kehidupan kita
Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya
penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna
jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yang
bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “ banyak buku.”
b.Makna Referensial dan Nonreferensial
Makna referensial dan nonreferensial perbedaannya adalah
berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu
mempunyai referen, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu, kata tersebut bermakna
referensial, kalau tidak mempunyai referen, maka kata disebut kata bermakna nonreferensial.
Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
c.Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna
sebenarnya.
Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih
kecil dan ukuran badannya normal.
Makna konotatif adalah makna lain yang
ditambahkan pada makna denotatif tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.
Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, irtinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus
itu memiliki konotatif
positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
d.Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu deagan suatu yang berada diluar bahasa
.
Contoh: Kata melati berasosiasi
dengan suatu yang suci atau kesucian. Kata merah
berasosiasi berani atau paham komunis.
e.Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena
berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna
kata itu baru
menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat.
Contoh: Kata tahanan, bermakna orang
yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang
berada di sumur,
di gelas, di bak mandi
atau air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti.
Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan
dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu.
Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum,
istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan
sehubungan suatu perkara.
f.Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa kata,
frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal,
unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.
Contoh: Kata ketakutan, kesedihan,
keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yang disebut makna dasar,
Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.
Makna peribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan,
maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan.
Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam
peribahasa.
g.Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah kata, frase maupun kalimat yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya.
Contoh: Putri malam, bermakna bulan
Raja siang, bermakna matahari.
2.Relasi Makna
Relasi adalah hubungan makna ini menyangkut hal
kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna
(hiponim), kelainan makna (homonim), kelebihan makna (redundansi) dan sebagainya.
a.Kesamaan Makna (Sinonim)
Sinonim adalah sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang
maknanya kurang lebih sama dengan
makaa ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat, bunga dan kembang.
b.Kebalikan Makna (Antonim)
Antonim adalah ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna dari ungkapan lain.
Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk
kata besar berantonim dengan kata kecil.
c.Kegandaan Makna (Polisemi dan Ambiguitas)
Polisemi adalah sebagai satuan bahasa (terutana kata,
atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu.
Contoh: Kata kepala bermaknabagian tubuh dari leher ke atas, sepertiterdapat pada manusia dan
hewan, bagian dari suatu yang terletak disebelah atas atau depan, seperti kepala susu,
kepala meja,dan kepalakereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepalapaku dan kepala jarum dan Iain-lain.
Ambiguitas adalah sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Konsep ini tidak salah, tetapi kurang tepat sebab tidak dapat dibedakan dengan
polisemi.
Contoh: – Buku sejarah itu baru terbit
- Buku itu berisi sejarah zaman baru.
d.Ketercakupan Makna (Hiponim)
Hiponim adalah sebagai ungkapan (berupa kata,frase atau
kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan.
Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata
ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
e.Kelebihan Makna (Redundansi)
Redundansi dapat diartikan sebagai berlebih-lebihan
pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.
Contoh : Bola ditendang si Udin, maknanya tidak
akan berubah bila dikatakan Bola ditendang oleh si Udin. Pemakaian kata oleh
pada kalimat kedua dianggap sebagai suatu yang redundansi,yang berlebih-
lebihan, dan sebenarnya tidak perlu.
3.Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah sebuah warna bahasa yang dihasilkan
penulis atau pengarang. Ragam bahasa ikut serta menentukan ketepatan makna baik
secara leksikal maupun kontekstual bahkan masalah idiom. Ragam bahasa dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu ;
a.Ragam Bahasa Kurun Waktu Penggunaan
Berdasarkan kurun waktu penggunaannya
ragam bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ragam Bahasa Indonesia lama dan ragam Bahasa Indonesiabaru.
Ragam bahasa Indonesia lama digunakan seperti pada karya sastra lama atau zaman
raja-raja tempo du!u seperti pada kisah Panji atau Cerita Panji. Sedangkan
ragam bahasa Indonesia baru dipergunakan sekitar
zaman pergerakan atau kebangkitan nasional
hingga kini.
b.Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah
Pemakaian
Ragam Bahasa berdasarkan daerah pemakaian ini biasa
disebut dialek. Ragam bahasa berdasarkan daerah pemakaiannya ada ragam bahasa Medan, Jakarta, Surabaya, Jawa, Sunda, Ambon,
Irian dan sebagainya.
c.Ragam Bahasa Berdasarkan Tingkat
Keformalan
Ragam bahasa berdasarkan tingkat keformalannya terdiri
atas:
1)Ragam Baku.
Ragam ini merupakan bentuk pemakaian bahasa yang
sudah tidak berubah lagi dari dulu hingga kini. Yang tergolong ragam ini ialah
peribahasa, kiasan klise, naskah proklamasi, dan sebagainya.
Contoh: Tak ada gading yang tak retak
Rambutnya seperti mayang terurai.
2)Ragam Formal.
Ragam ini disebut juga ragam resmi, ragam baku atau ragam
standar. Ragam ini
disebut ragam
resmi karena dipergunakan dalam situasi resmi, misalnya pidato, seminar, tajuk
rencana surat kabar, bahasa pengantar di sekolah, siaran berita RRI/TVRI dan sebagainya.
Adapun ciri-ciri bahasa
Indonesia ragam formal tersebut adalah sebagai berikut:
a.Menggunakan awalan {her-} dan {me-} secara
eksplisit (dinyatakan dengan tulisan atau ucapan), dan konsisten (taat azas).
Contoh: – la jalan-jalan cari udara segar.
-la berjalan-jalan mencari udara segar.
b.Menggunakan kata tugas secara eksplisit dan
konsisten
Contoh:– Saya minta maaf ibu, lahir batin.
-Saya minta maaf kepada ibu, lahlr batin.
c.Menggunakan fungsi-fungsi gramatikal secara
eksplisit dan konsisten
Contoh: – Adik berangkat ke sekolah. Diantar Ibu.
-Adik berangkat ke sekolah. la diantar
Ibu
d.Menggunakan bentuk lengkap atau bentuk yang tidak
disingkat, baik pada tataran kalimat maupun kata.
Contoh: – Kemana ?
-Akan pergi kemanakah Ibu ?
e.Tidak menggunakan unsur-unsur daerah/dialek Contoh: – Gua sih nggak pernah nyuci sendiri.
-Saya tidak pernah mencuci sendiri.
f.Menggunakan kata ganti (saya, anda, ia, Bapak,
Ibu, saudara) danmenghindari pemakaian kata ganti tak resmi (sini, situ, sana).
Contoh: – Sini dan situ udah setuju, tapi sana belum setuju.
-Saya dan anda sudah setuju, tapi ia
belum setuju.
g.Menggunakan struktur sintesis (padu)
Contoh: – Harga bahan makanan tidak dikasih naik.
-Harga bahan makanan tidak dinaikkan.
h.Menggunakan pola urutan : “Aspek + Pelaku + Kata
Kerja” pada bentuk kata kerja pasif berpelaku.
Contoh: – Pekerjaan ini saya akan selesaikan sendiri.
-Pekerjaan ini akan saya selesaikan
sendiri.
3)Ragam Konsultatif
Ragam ini disebut juga ragam usaha. Pemakaiannya pada
situasi setengah resmi, misalnya : urusan perusahaan, percakapan antara pegawai
di luar urusan kantor, konsultasi dengan dokter, dan sebagainya. Ciri-ciri ragam ini sebagian mengikuti ragam formal, dan
sebagian lagi mengikuti ciri-ciri ragam informal.
4)Ragam Informal
Ragam ini disebut juga ragam santai atau kasual.
Ciri-cirinya kebalikan dari ciri-ciri ragam formal yang telah diketengahkan di
atas. Ragam ini biasa dipergunakan dalam situasi santai, misalnya: omong-omong
di pinggir jalan, ngobrol di warung, percakapan ringan di dalam keluarga,
pembicaraan antar teman dekat dan sebagainya.
5)Ragam Akrab
Ragam ini disebut ragam intim yang biasa dipergunakan
antar penutur yang hubungannya sudah sangat akrab, misalnya antara suami istri,
antara ibu dan anak, dua orang yang sedang berkasih-kasihan dan sebagainya.
Contoh:
Siti
: ”Tolong…!”
Andi
: “Ya…, tunggu bentar.”
Siti
: “Cepetan dong…!”
Andi
: “Iya…ya…, aku datang.”
Orang yang tidak mengetahui situasi pembicaraannya tentu akan berpikir macam-macam dan berteka-teki. “Apa yang
sedang dilakukan oleh dua penutur tersebut?” Teka-teki ini baru terpecahkan setelah mengetahui situasi pembicaraan yaitu orang
yang takut dengan kecoa.
d.
Ragam Bahasa Berdasarkan Medianya
Berdasarkan media atau alat yang dipakai unruk mengungkapkannya, ragam bahasa dapat
dibedakan atas ragam lisan dan ragam tulisan. Ragam lisan diungkapkan dengan
media suara, sedangkan
ragam tulisan diungkapkan
dengan media tulisan. Biasanya ragam tulisan lebih lengkap daripada ragam lisan, sebab dalam hal ini penulis tidak dapat bertatap muka langsung dengan
lawan komunikasinya sehingga harus memberikan gambaran situasi masalah yang dikomunikasikannya. Ragam lisan relatif pendek karena penutur dapat langsung berhadapan dengan lawan tuturnya.
e. Ragam
Bahasa Berdasarkan Keperluan
Berdasarkan isi atau amanat yang dikomunikasikan ragam bahasa Indonesia
dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain: ragam ilmiah, ragam sastra ragam upacara, ragam iklan, ragam pidato, ragam telegram, ragam berita, dan ragam kolokial.
4.Gejala Bahasa
Perlu disampaikan bahwa berdasarkan pengalaman selama
praktek mengajar, gejala bahasa yang paling banyak muncul adalah kontaminasi
dan pleonasme. Untuk jenis gejala bahasa yang lain seperti protesis, epentesis
dan sebagainya sangat jarang dijumpai. Oleh karena itu, dalam landasan teori
hanya diungkapkan dua gejala bahasa saja, yaitu pleonasme dan kontaminasi.
a. Gejala Kontaminasi
Yang dimaksud gejala bahasa kontaminasi adalah gejala
bahasa yang terjadi kerancuan atau kekacauan (Badudu, 1981: 47). Kerancuan atau kekacauan yang
dimaksud dalam hal ini adalah susunan, perangkaian, atau penggabungan yang
seharusnya merupakan bentuk tersendiri, tetapi dipadukan. Seperti, bentuk kata menundukkan kepala dengan membungkukkan
badan karena terjadi kekacauan maka terbentuklah menundukkan badan atau
membungkukkan kepala. Peristiwa semacam ini sering terjadi, walaupun
memang tidak mengganggu makna yang sebenarnya, namun hanya tidak sesuai dengan
diksi yang diperlukan dalam konteks tersebut. Oleh karena itu jelas gejala
semacam ini termasuk bidang diksi.
b. Pleonasme
Gejala pleonasme adalah gejala penggunaan unsur bahasa
yang berupa kata yang berlebih-lebihan (Badudu,1981: 55). Ada kecenderungan
bahwa gejala pleonasme ini untuk menyatakan unsur emosi atau perasaan penutur. Contoh: maju ke depan.
2.3. Contoh-contoh Penggunaan
Diksi
Kata - kata yang terkesan kurang optimal.
“Kita ? Elo aja kalee’, gua sih enggak!”
Maknanya: Jangan berharap bisa bergabung dengan lawan bicara seperti ini
apalagi kalau dia sudah mengeluarkan pernyataan di atas.
Penggunaan diksi yang tepat
1.Kalimat yg akan disampaikan ringkas, artinya tidak boros kata-kata
Contoh :
• Bukan:
Menteri keuangan menyatakan akibat dari langkah tersebut ialah akan
meningkatnya kondisi keuangan sektor swasta dan memberikan peningkatan terhadap
kepercayaan bisnis dan masyarakat secara umum.
• Tetapi:
Menteri keuangan mengatakan, langkah-langkah itu akan membantu keuangan sektor
swasta
2.Tidak menggunakan pengulangan kata.
Contoh:
Rencana yang akan datang, alasannya karena, ramai
berbondong-bondong, maju ke depan, mundur ke belakang, peristiwa
lalu yang telah dilewati dan sebagainya.
3.Tidak menggunakan anak kalimat.
Bahasa radio adalah bahasa tutur sehari-hari. Dalam
berbicara, kita jarang menggunakan anak kalimat. Jika menemukan anak kalimat,
pecahlah menjadi beberapa kalimat. Semakin sederhana struktur kalimat, akan
semakin baik.
Contoh:
• Bukan:
Rumania yang gaungnya mulai tenggelam sejak ditinggalkan Gheorge Hagi, siap
mengalahkan tim manapun di Euro 2008 ini.
• Tetapi:
Sejak ditinggalkan Gheorge Hagi, gaung Rumania seperti tenggelam. Namun,
Rumania tetap bertekad mengalahkan tim manapun di Euro 2008 ini.
4.Tidak
mendahulukan kata kerja.
Contoh:
• Bukan:
Menuntut presiden SBY membubarkan Ahmadiyah, demonstran dlm gelombang besar
berunjuk rasa di depan Istana Negara.
• Tetapi:
Demonstran berunjuk rasa di depan Istana Negara, menuntut pembubaran Ahmadiyah.
5.Tidak menempatkan “kata kerja penting” di akhir kalimat,
karena pembaca berita biasanya menurunkan suaraya di akhir kalimat. Jika hal
ini terjadi, maka kata kunci akan menjadi hilang.
Contoh :
• Bukan:
Demonstran berunjuk rasa di depan Istana Negara, menuntut Ahmadiyah dibubarkan.
• Tetapi:
Demonstran berunjuk rasa di depan Istana Negara, menuntut pembubaran
Ahmadiyah.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dari uraian makalah yang telah penulis jabarkan, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa Kesalahan dalam pemilihan kata-kata yang menimbulkan efek
tertentu itu akan berakibat pada tercemarnya seluruh tulisan, sebagaimana
setetes obat merah mencemari segalon air. Diksi yang kurang tepat bisa membuat maksud atau gagasan
tulisan tidak tersampaikan dengan jelas.
Oleh
karena itu, membuat tulisan yang hebat harus memperhatikan pemilihan diksi
Kata-kata hanya akan menjadi ‘peluru’ jika dituliskan atau disampaikan dengan
diksi yang tepat sehingga tepat sasaran. Bagaimanapun, dalam ‘bisnis’
kepenulisan, kata-kata adalah senjata. Karena itu, jika ingin kata-kata yang
Anda tuliskan dibaca, dipahami dan berkesan pada seseorang, maka mulailah
dengan mengatakan yang benar dan berhati-hati dalam memilih diksi.
3.2Saran
Dari makalah yang telah penulis buat ini mudah-mudahan kita semua dapat
memperbaiki kesalahan-kesalan kita dalam penggunaan diksi, khususnya bagi
penulis sendiri.
Penulis
sepenuhnya menyadari bahwa dalam makalah ini banyak terdapat
kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis berharap kepada pembaca agar dapat
menyampaikan kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini.